Sabtu, 02 April 2022

Puasa Saat Pandemi Di Desaku, Adakah Perbedaan?

Puasa Saat Pandemi corona

Sudah tahun ketiga kita melewati bulan Ramadhan beriringan dengan pandemi Covid-19. Puasa saat pandemi Corona sangat mengubah tradisi spesial Ramadhan di berbagai daerah. Banyak yang harus berkorban tidak bertemu dengan keluarganya demi menjaga kesehatan agar tidak sampai tertular Corona Virus. Virus yang sangat cepat menyebar, bahkan tak sedikit yang meninggal dunia akibat virus ini.

Saya akan cerita puasa saat pandemi, suasana bulan Ramadhan selama masa pandemi di daerah tempat tinggal saya. Saya tinggal di pedesaan pinggiran kota. Kalau saya perhatikan, masyarakat pedesaan yang mayoritas bekerja sebagai petani justru jarang yang terkena sakit Covid-19. Kalaupun ada yang sampai sakit, bisa jadi karena mereka ada riwayat kontak dengan orang yang datang dari daerah kota.

Berkaitan dengan Ramadhan, mungkin terasa sekali ya kalau didaerah perkotaan besar perubahan dan perbedaannya antara Ramadhan biasanya dengan Ramadhan saat pandemi. Namun di desa saya tidaklah demikian. Tidak banyak perbedaan bagi kami yang hidup di pedesaan.

Tarawih Berjamaah

Kalau pemerintah memberikan aturan untuk melaksanakan tarawih di rumah masing-masing, di desa saya tarawih tetap dilaksanakan secara berjamaah. Memang mungkin lingkupnya lebih kecil dibandingkan dengan di perkotaan. Masyarakat sekitar tarawih di sebuah musholla yang jamaahnya hanya terdiri dari penduduk satu RT, itupun tidak seluruhnya sholat jamaah di situ. Kalau ada orang dari luar, bisa jadi pendatang yang pulang rantau.

Mau disebut tidak menaati aturan, ya bisa jadi. Sejak Covid-19 sedang parah-parahnya dulu, warga desa saya, tepatnya warga RT tempat saya tinggal tetap tarawih berjamaah tanpa ada yang berbeda. Tidak pakai masker, tidak jaga jarak juga.

Mungkin seperti ini tidak untuk dicontoh masyarakat yang hidup di daerah kota. Apalagi yang jamaahnya datang dari berbagai daerah. Kalau ada salah satu yang sakit, akan lebih sulit untuk mencari orang yang menyebarkan sakit tersebut.

Alhamdulillahnya selama 2 tahun belakangan melaksanakan shalat tarawih berjamaah, warga se-RT saya tidak ada yang sakit sampai divonis kena Covid-19.

Ngabuburit

Umumnya, saat Ramadhan tiba, yang paling dinantikan adalah moment buka puasa. Sebelum buka puasa tiba, banyak orang yang keluar rumah sekedar untuk ngabuburit sambil menunggu waktu buka atau sengaja pergi untuk membeli menu buka puasa dan menu ta’jil.

Namun saat pandemi kemarin saya lihat di sosial media banyak yang mengeluh tidak bisa ngabuburit. Itu juga tidak berlaku untuk orang-orang di sekitar rumah saya. Entah pandemi atau tidak, tidak banyak orang yang jalan-jalan sore atau ngabuburit itu. Hanya beberapa orang mungkin mereka yang masih tergolong muda yang seringkali jalan sore menghabiskan waktu untuk menanti waktunya buka puasa.

Buka Bersama

Buka bersama atau biasa disebut bukber menjadi salah satu tradisi saat bulan puasa. Moment ini dijadikan sebagai kesempatan untuk kumpul bareng teman, keluarga, rekan kerja, hingga alumni.

Saat pandemi tahun pertama itu yang paling ketat. Tidak boleh ada yang namanya buka bersama. Bahkan buka puasa tidak diizinkan makan di tempat, harus dibawa pulang.

Balik lagi kepada kami yang hidup di desa, acara buka bersama masih dilakukan jika ada yang punya hajat. Jadi, pandemi atau tidak sih sama saja ya.

Buka puasa bagi kami adalah saat yang tepat untuk kumpul bareng keluarga serumah. Walaupun ada aturan tidak boleh buka puasa bersama di luar, bagi kami buka bersama di rumah bareng keluarga, makan menu masakan yang dibuat ibu saja sudah cukup.

Tidak Ada Orang Rantau Yang Pulang

Tetangga saya bahkan saudara banyak sekali yang menghidupi dirinya atau keluarganya dengan merantau ke luar kota, luar pulau, bahkan luar negeri. Sebelum Ramadhan atau mendekati hari raya Idul Fitri adalah saatnya mereka kembali ke kampung halaman berkumpul dengan keluarganya untuk merayakan hari raya bersama.

Namun sangat menyedihkan ketika pandemi 2 tahun lalu, yang keadaannya masih sangat parah, orang yang merantau terpaksa tidak bisa pulang kampung. Musholla kami yang biasanya lebih penuh jamaahnya karena datangnya orang dari rantau itu, saat itu menjadi lebih sedikit.

Bagi mereka yang punya keluarga sedang merantau pasti merasakan sekali bedanya. Kalau biasanya setiap Ramadhan bisa berkumpul, tapi karena pandemi, hanya bisa berkomunikasi melalui telepon atau video call.

Puasa Saat Pandemi Tahun 2022

Alhamdulillah pandemi Covid-19 saat ini sudah semakin membaik dengan adanya vaksin. Aturan pemerintah tentang shalat tarawih dan mudik sudah lebih longgar daripada 2 tahun lalu.

Masyarakat diperbolehkan shalat tarawih berjamaah asalkan tetap mengikuti protokol kesehatan yang berlaku yaitu pakai masker dan jaga jarak. Bagi yang ingin mudik juga sudah diizinkan dengan syarat sudah melakukan vaksin booster. Mudik dari luar negeri juga sudah boleh, tentunya dengan aturan yang berlaku.

Saudara saya pulang dari Malaysia juga sudah bisa. Aturannya yaitu harus sudah vaksin booster dan menjalani PCR setelah sampai Indonesia. Setelah dinyatakan negatif boleh lanjut perjalanannya pulang tanpa adanya karantina lama seperti tahun-tahun sebelumnya.

Sepertinya tahun ini sudah sangat membaik dan semoga saja akan terus membaik agar kita bisa berkumpul lagi bersama keluarga menyambut Hari Raya Idul Fitri. Aamiin.

 

 

 

 

0 komentar:

Posting Komentar

Halo, berkomentarlah dengan sopan ya karena kata-katamu adalah cerminan dirimu. Thank you sudah mampir.