Sudah tahun ketiga kita melewati bulan Ramadhan beriringan
dengan pandemi Covid-19. Puasa saat pandemi Corona sangat mengubah tradisi spesial
Ramadhan di berbagai daerah. Banyak yang harus berkorban tidak bertemu dengan
keluarganya demi menjaga kesehatan agar tidak sampai tertular Corona Virus.
Virus yang sangat cepat menyebar, bahkan tak sedikit yang meninggal dunia
akibat virus ini.
Saya akan cerita puasa saat pandemi, suasana bulan Ramadhan
selama masa pandemi di daerah tempat tinggal saya. Saya tinggal di pedesaan
pinggiran kota. Kalau saya perhatikan, masyarakat pedesaan yang mayoritas
bekerja sebagai petani justru jarang yang terkena sakit Covid-19. Kalaupun ada
yang sampai sakit, bisa jadi karena mereka ada riwayat kontak dengan orang yang
datang dari daerah kota.
Berkaitan dengan Ramadhan, mungkin terasa sekali ya kalau didaerah
perkotaan besar perubahan dan perbedaannya antara Ramadhan biasanya dengan Ramadhan
saat pandemi. Namun di desa saya tidaklah demikian. Tidak banyak perbedaan bagi
kami yang hidup di pedesaan.
Tarawih Berjamaah
Kalau pemerintah memberikan aturan untuk melaksanakan tarawih
di rumah masing-masing, di desa saya tarawih tetap dilaksanakan secara berjamaah.
Memang mungkin lingkupnya lebih kecil dibandingkan dengan di perkotaan. Masyarakat
sekitar tarawih di sebuah musholla yang jamaahnya hanya terdiri dari penduduk satu
RT, itupun tidak seluruhnya sholat jamaah di situ. Kalau ada orang dari luar, bisa
jadi pendatang yang pulang rantau.
Mau disebut tidak menaati aturan, ya bisa jadi. Sejak Covid-19
sedang parah-parahnya dulu, warga desa saya, tepatnya warga RT tempat saya tinggal
tetap tarawih berjamaah tanpa ada yang berbeda. Tidak pakai masker, tidak jaga jarak
juga.
Mungkin seperti ini tidak untuk dicontoh masyarakat yang hidup
di daerah kota. Apalagi yang jamaahnya datang dari berbagai daerah. Kalau ada salah
satu yang sakit, akan lebih sulit untuk mencari orang yang menyebarkan sakit tersebut.
Alhamdulillahnya selama 2 tahun belakangan melaksanakan
shalat tarawih berjamaah, warga se-RT saya tidak ada yang sakit sampai divonis kena
Covid-19.
Ngabuburit
Umumnya, saat Ramadhan tiba, yang paling dinantikan adalah moment
buka puasa. Sebelum buka puasa tiba, banyak orang yang keluar rumah sekedar untuk
ngabuburit sambil menunggu waktu buka atau sengaja pergi untuk membeli menu buka
puasa dan menu ta’jil.
Namun saat pandemi kemarin saya lihat di sosial media banyak
yang mengeluh tidak bisa ngabuburit. Itu juga tidak berlaku untuk orang-orang di
sekitar rumah saya. Entah pandemi atau tidak, tidak banyak orang yang jalan-jalan
sore atau ngabuburit itu. Hanya beberapa orang mungkin mereka yang masih tergolong
muda yang seringkali jalan sore menghabiskan waktu untuk menanti waktunya buka puasa.
Buka Bersama
Buka bersama atau biasa disebut bukber menjadi salah satu tradisi
saat bulan puasa. Moment ini dijadikan sebagai kesempatan untuk kumpul bareng teman,
keluarga, rekan kerja, hingga alumni.
Saat pandemi tahun pertama itu yang paling ketat. Tidak boleh
ada yang namanya buka bersama. Bahkan buka puasa tidak diizinkan makan di tempat,
harus dibawa pulang.
Balik lagi kepada kami yang hidup di desa, acara buka bersama
masih dilakukan jika ada yang punya hajat. Jadi, pandemi atau tidak sih sama saja
ya.
Buka puasa bagi kami adalah saat yang tepat untuk kumpul bareng
keluarga serumah. Walaupun ada aturan tidak boleh buka puasa bersama di luar, bagi
kami buka bersama di rumah bareng keluarga, makan menu masakan yang dibuat ibu saja
sudah cukup.
Tidak Ada Orang Rantau Yang Pulang
Tetangga saya bahkan saudara banyak sekali yang menghidupi dirinya
atau keluarganya dengan merantau ke luar kota, luar pulau, bahkan luar negeri. Sebelum
Ramadhan atau mendekati hari raya Idul Fitri adalah saatnya mereka kembali ke kampung
halaman berkumpul dengan keluarganya untuk merayakan hari raya bersama.
Namun sangat menyedihkan ketika pandemi 2 tahun lalu, yang keadaannya
masih sangat parah, orang yang merantau terpaksa tidak bisa pulang kampung. Musholla
kami yang biasanya lebih penuh jamaahnya karena datangnya orang dari rantau itu,
saat itu menjadi lebih sedikit.
Bagi mereka yang punya keluarga sedang merantau pasti merasakan
sekali bedanya. Kalau biasanya setiap Ramadhan bisa berkumpul, tapi karena pandemi,
hanya bisa berkomunikasi melalui telepon atau video call.
Puasa Saat Pandemi Tahun 2022
Alhamdulillah pandemi Covid-19 saat ini sudah semakin membaik
dengan adanya vaksin. Aturan pemerintah tentang shalat tarawih dan mudik sudah lebih
longgar daripada 2 tahun lalu.
Masyarakat diperbolehkan shalat tarawih berjamaah asalkan tetap
mengikuti protokol kesehatan yang berlaku yaitu pakai masker dan jaga jarak. Bagi
yang ingin mudik juga sudah diizinkan dengan syarat sudah melakukan vaksin booster.
Mudik dari luar negeri juga sudah boleh, tentunya dengan aturan yang berlaku.
Saudara saya pulang dari Malaysia juga sudah bisa. Aturannya
yaitu harus sudah vaksin booster dan menjalani PCR setelah sampai Indonesia. Setelah
dinyatakan negatif boleh lanjut perjalanannya pulang tanpa adanya karantina lama
seperti tahun-tahun sebelumnya.
Sepertinya tahun ini sudah sangat membaik dan semoga saja akan
terus membaik agar kita bisa berkumpul lagi bersama keluarga menyambut Hari Raya
Idul Fitri. Aamiin.