Rabu, 06 April 2022

Membuat Meal Plan Untuk Bulan Puasa

 

Tantangan hari ke 6 BPN Blog Challenge 2022 sebenarnya adalah rekomendasi restoran untuk pesan online. Tapi saya hanyalah anak desa yang jarang sekali makan di luar atau pesan makanan online. Ongkos kirim pesan makanan online dari kota menuju rumah saya bisa untuk satu porsi sendiri loh. Kan sayang uangnya hihi. Jadi saya ingin membuat blogpost tentang meal plan atau rencana menu makanan.

Bagi yang belum tahu apa sih meal plan itu? Jadi secara singkatnya, meal plan merupakan perencanaan menu-menu makanan yang akan dibuat dalam waktu tertentu, misalnya untuk 1 Minggu. Saya rasa membuat meal plan sangat membantu para ibu yang sering kebingungan mau masak apa. Ini juga menjadi salah satu cara menghemat keuangan. Kok bisa gitu?

Iya dong, karena dengan membuat perencanaan menu makanan menjadi tahu apa saja yang perlu dibeli dan tidak. Jadi tidak asal beli bahan makanan tanpa tujuan. Ibu juga harus tahu waktu maksimal penyimpanan bahan makanan supaya tidak tersisa dan akhirnya mubadzir terbuang. Itulah kenapa meal plan biasanya dibuat hanya untuk waktu maksimal satu minggu. Biasanya bahan makanan segar paling lama bertahan dalam chiller kulkas hanya 1 minggu, bahkan ada yang lebih cepat rusak.

Sudah tahu kan apa itu meal plan? Nah sekarang saya akan memberikan contoh meal plan untuk bulan puasa.

Meal plan untuk bulan puasa

Bunda bisa berkreasi sesuai dengan menu favorit keluarganya masing-masing. Tips membuat meal plan mudah yaitu:

  • Kumpulkan menu utama favorit keluarga. 
  • Letakkan menu tersebut satu hari satu menu utama
  • Kumpulkan juga menu cemilan dan letakkan setiap hari satu menu cemilan.
  • Lakukan yang sama untuk menu minuman dll.

Contoh:

Misalkan menu favorit keluarga bunda yaitu soto ayam, rawon, gule, cumi asam manis, rendang sapi. Soto ayam jadikan menu hari Senin, rawon untuk hari Selasa, gule untuk hari Rabu, dan seterusnya. Jadi tidak akan kebingungan mau buat menu makanan apa untuk besok dan lusa.

Apakah bunda sudah pernah mencobanya? Kalau belum, coba yuk bikin meal plan mumpung ramadhan juga masih lama nih.

Continue reading Membuat Meal Plan Untuk Bulan Puasa

Selasa, 05 April 2022

Hikmah Puasa Di Rumah Aja Akibat Pandemi

 

Terkadang kita harus mengambil nilai positifnya dari sebuah kejadian atau peristiwa. Jangan memandang buruknya terus, tetapi fokus saja ke hal baiknya.

Seperti pandemi Covid-19 ini. Kalau melihat nilai negatifnya ya banyak banget. Hidup seperti berubah total akibat dari banyaknya kasus Covid-19 di berbagai belahan dunia. Akan tetapi kita bisa mencari nilai positifnya.

Sudah tahun ketiga kita menjalani bulan Ramadan bersama pandemi Covid-19. Hal ini menyebabkan kita semua harus tetap puasa di rumah aja. Ada loh hikmah yang bisa diambil dari peristiwa ini. Yuk dibahas apa saja sih hikmahnya.

  • Lebih fokus beribadah

Ramadan merupakan bulan suci yang penuh dengan pahala. Segala aktivitas baik yang dilakukan selama bulan puasa akan mendapatkan balasan pahala, insyaallah. Apalagi ibadah. Banyak sekali amalan selama Ramadan yang bisa dilakukan.

Apalagi selama pandemi Covid-19 beruntung sekali hanya puasa di rumah aja. Kita bisa lebih fokus dalam menjalankan ibadah di bulan suci Ramadan tanpa distraksi pengen kesana pengen kesini. Waktu untuk membaca Alquran lebih banyak, shalat bisa tepat waktu, shalat Sunnah tanpa nanti dan tapi.  Yuk bersyukur dan lebih perbanyak ibadah daripada mengeluhnya.

  • Tidak menghabiskan uang untuk buka bersama

Kita semua tahu pada bulan Ramadan biasanya pengeluaran lebih membengkak daripada hari-hari biasa. Padahal makan lebih teratur, waktunya lebih sedikit, tapi kok pengeluaran lebih banyak yaa hehe

Salah satu yang menyebabkan pengeluaran lebih banyak yaitu acara buka bersama. Apalagi jika teman banyak, acara buka bersama pun menjadi lebih sering.  Tapi tenang, selama masa pandemi Covid-19 kita bisa menghemat sedikit pengeluaran dengan tidak melakukan buka bersama. Dengan ditiadakannya acara buka bersama, selain menjaga kesehatan badan, kesehatan keuangan juga terjaga.

  • Lebih dekat dengan keluarga

Hikmah puasa di rumah aja yang selanjutnya adalah lebih dekat dengan keluarga. Larangan bepergian menjadikan kita terpaksa harus tetap berada di rumah.  Keluarga yang sering ditinggalkan karena banyaknya aktivitas di luar rumah, kini bisa bersama-sama terus.

Buka bersama cukup dilakukan di rumah saja. Ibadah pun dapat dilakukan bersama-sama dengan anggota keluarga serumah. Waktu untuk keluarga jauh lebih banyak dibandingkan dengan biasanya. Nah inilah momen yang tepat untuk memperbaiki hubungan dengan keluarga.

Selain buka bersama keluarga di rumah, shalat tarawih juga dapat dilakukan di rumah. Ayah menjadi imam dan makmumnya istri dan anak. Wah bonding antar anggota keluarga semakin erat nih dan hubungan keluarga semakin harmonis.

  • Menghindari godaan dari luar

Keluar rumah di bulan puasa banyak banget godaannya, entah itu makanan, minuman, atau yang lain. Dengan adanya pandemi dan meminimalkan keluar rumah, berarti sudah satu tingkat menghindari godaan-godaan di luaran sana yang bisa mengganggu ibadah puasa.

  • Terhindar dari penyakit menular

Salah satu tujuan dari di rumah aja saat adanya pandemi adalah meminimalisir terhindarnya penyakit menular, terutama penyakit sedang mewabah yang mengakibatkan munculnya pandemi tersebut. Angka menularnya Covid-19 sangat cepat hingga banyak sekali kematian di berbagai daerah. Tidak mau kan sampai tertular bahkan hingga meninggal dunia. Semoga kita semua diberikan keselamatan dan panjang umur. Aamiin.

Bagi saya sendiri yang lebih berkepribadian introvert tidak keberatan sama sekali dengan adanya aturan #dirumahaja. Tidak ada yang berubah dalam kehidupan sehari-hari saya. Meskipun tidak ada pandemi Covid-19 saya tetap lebih banyak beraktivitas di rumah, khususnya saat puasa pasti puasa di rumah aja.

Namun Alhamdulillah sekali di puasa tahun ini pandemi sudah lebih membaik. Buka bersama boleh dilakukan tapi harus tetap menjaga jarak. Shalat tarawih juga bisa dilaksanakan di masjid atau musholla lagi. Mari kita berdoa semoga pandemi Covid-19 bisa hilang dari bumi ini dan tidak ada penyakit turunan lainnya. Aamiin.

Continue reading Hikmah Puasa Di Rumah Aja Akibat Pandemi

Senin, 04 April 2022

Ide Menu Buka Puasa Praktis dan Sehat, Cocok Untuk Diet

Ide menu buka puasa praktis dan sehat

Ide menu buka puasa praktis sudah tentu banyak dicari disaat bulan Ramadan. Selain memperbanyak ibadah, Ramadan identik dengan makanan. Iya kan? Hehe

Akhir-akhir ini saya lebih suka mencari menu makanan yang praktis tapi tetap sehat dan tidak membengkakkan badan 😁. Beranda Instagram juga berseliweran resep makanan. Apalagi sejak punya anak yang sudah MPASI lebih rajin lagi mencari resep dari Instagram. Ya resep makanan yang bisa dimakan oleh orang tuanya sekaligus aman untuk anak. Akun dokter spesialis anak dan dokter spesialis gizi menjadi incaran saya untuk difollow dan mempraktekkan resep yang disajikan.

Salah satu dokter yang saya ikuti yaitu dr. Tan Shot Yen. Beliau adalah dokter spesialis gizi yang rajin banget mengedukasi seputar makanan sehat. Resep yang dibagikan Indonesia banget, bahan-bahannya merupakan bahan lokal yang mudah didapat disekitar.

Beberapa hari yang lalu saya menemukan salah satu resep makanan dan sudah coba buatkan untuk anak saya yang usianya 1 tahun. Alhamdulillah dia mau makan. Bahan-bahannya mudah, murah, dan cara pembuatannya tidak susah. Cocok juga untuk yang sedang menjalani diet tapi tetap makan enak.

Oh yaa untuk takaran bahannya dikira-kira sendiri saja ya. Saat buat untuk anak saya kemarin juga diperkirakan sendiri. Ibu kan pintar dan instingnya tidak perlu diragukan lagi wkwk. Meskipun saya belum buat untuk versi dewasanya, tapi saya yakin menu ini enak. Untuk anak yang bahannya tidak lengkap saja sudah enak, segar, dan wangi banget. Pas untuk dijadikan menu buka puasa praktis.

Resep Soto Boyolali Musim Pandemi

Bahan: Daging ayam, air

Aromatik: bawang merah, bawang putih, lada, garam, kunyit (jika suka kuah kuning), Daun salam, sereh, jahe geprek

Topping: kol, tomat, seledri, daun bawang, jeruk nipis, telur rebus

Sambal: cabe rawit, bawang putih, garam

Cara Membuat:

  •   Rebus daging ayam tanpa tulang. Suwir-suwir dan masukkan lagi ke dalam air rebusan daging tadi sebagai kuah. Jadi kuahnya langsung dari air rebusan daging (kaldu ayam). Jangan dibuang air rebusan daging ayam. Sisakan sedikit untuk membuat cemilan. Tips: supaya airnya bening jangan tutup saat merebus
  •   Haluskan bawang merah, bawang putih, lada, garam, dan kunyit jika suka kuah kuning. Lalu masukkan ke dalam kuah. Aduk-aduk sebentar
  •   Masukkan daun salam, sereh, dan jahe geprek sebagai aromatik untuk menambah aroma wangi.
  •   Tambahkan irisan halus kol, irisan tomat, seledri dan daun bawang. Jangan masak terlalu lama agar sayur masih segar.
  •    Sajikan bersama nasi selagi masih hangat
  •    Jika suka boleh kucuri jeruk nipis dan tambahkan telur rebus
  •   Buat sambal jika suka pedas. Ulek cabe rawit, bawang putih, dan garam.

Sangat mudah, bukan?

Bagaimana, apakah tertarik untuk mencoba menu praktis dan sehat ini? Tanpa minyak, tanpa oseng, tanpa kerupuk jika mau benar-benar makan sehat.

Tidak lupa sebagai menu buka puasa pasti ada minuman. Kalau ingin menu sehat bisa membuat es kelapa muda.

Resep Es Kelapa Muda Gula Merah

Bahan:
Kelapa muda
Biji selasih
Gula merah (opsional)
Es batu (opsional)

Cara Buat:

  • Rendam dulu biji selasih dengan air panas 
  • Selagi nunggu biji selasih mengembang, kerok kelapa muda, taruh dalam gelas atau wadah bersama air kelapa. 
  • Campur kelapa muda beserta airnya dengan biji selasih
  • Tambahkan gula merah jika ingin lebih manis. Jika tidak juga tidak apa-apa
  • Terakhir tambahkan sedikit es batu jika ingin lebih dingin. Sajikan

Resep es kelapa muda sebenarnya bisa dimodifikasi dengan menambahkan sirup. Tetapi disini kita lebih fokus untuk menu buka puasa sehat yang cocok untuk diet, jadi tidak perlu lagi ditambah dengan sirup. Cukup gula merah sedikit saja.

Rasanya menu buka puasa belum lengkap tanpa ada camilan. Nah saya akan membagikan resep lumpia sehat. Resep ini juga saya peroleh dari dr. Tan Shot Yen.

Resep Lumpia Basah

Bahan kulit: Telur, air

Bahan isian: Telur, bawang putih, sedikit kuah ayam, tahu potong kotak kecil, ayam, jamur, garam, lada, tauge,

Bahan pelengkap: Kacang tanah, kemiri, ebi, cabe, bawang putih, jeruk limau

Cara membuat:

Kulit:

  • Kocok telur, tambahkan air sebanyak ½ cangkang setiap telur yang dipakai
  • Dadar dengan api kecil sekali dan lebarkan

Isian:

  • Cincang halus bawang putih dan sangrai dengan api kecil
  • Masukkan sedikit kuah ayam untuk menambah rasa gurih alami
  • Kocok 1 butir telur dan buat telur orek
  • Masukkan tahu, ayam cincang, dan jamur cincang
  • Tambahkan garam dan lada. Koreksi rasa
  • Masukkan tauge dan masak jangan sampai layu
  • Angkat jika sudah matang

Pelengkap (Sambal Kacang):

  • Sangrai kacang tanah, kemiri, dan ebi hingga matang
  • Haluskan dan tambahkan cabe, bawang putih, dan perasan jeruk limau
  • Tambahkan sedikit air untuk membuatnya seperti selai

Penyajian:

  • Isi dadar telur tipis tadi dengan isian yang sudah dibuat.
  • Gulung dan rekatkan dengan menyematkan sejumput selada
  • Sajikan bersama sambal kacang

Lengkap sudah menu buka puasa praktis dan sehat yang cocok untuk diet. Jangan lupa dipraktekkan dan sajikan dengan cinta untuk keluarga tercinta ya bund.

Selamat berpuasa. Semoga lancar puasanya. Aamiin


Continue reading Ide Menu Buka Puasa Praktis dan Sehat, Cocok Untuk Diet

Minggu, 03 April 2022

Tempat Ngabuburit Asik Untuk New Mom

 

Status new mom atau ibu baru atau ibu muda adalah gelar yang cocok untuk saya saat ini. Pada blogpost sebelumnya sempat diceritakan bagaimana saya melewati dua Ramadhan dengan status new mom. Rasanya berbeda, pasti. Sangat jauh berbeda.

Sebelum ada anak, Ramadhan berlalu begitu saja. Paling aktivitasnya hanya kebanyakan tidur dan rebahan. Dan setelah punya anak tidak ada lagi kata rebahan dalam hidup saya. Mungkin ibu yang sudah banyak anak tertawa membaca ini 😁

Sore hari menjelang buka puasa pun saya jarang sekali sibuk. Sesekali bantu ibu mempersiapkan menu buka puasa di dapur. Selebihnya yaa santai lagi sambil scroll sosial media 😁

Tidak ada bagi saya acara ngabuburit jalan-jalan menelusuri jalanan. Mungkin masa muda saya kurang berwarna ya wkwk. Hal pertama yang membuat saya tidak pernah atau jarang ngabuburit yaitu tidak ada teman. Duh kayak rasanya dikucilkan nggak sih hehe.

Memang tidak punya teman sebaya di kampung tempat saya tinggal. Saudara pun juga banyak yang sudah berkeluarga. Saya punya adik laki-laki. Tapi ya begitulah laki-laki perjaka selalu pergi sendiri entah kemana.

Disisi lain selain alasan itu semua, umur juga menjadi salah satu sebab. Saya sudah bisa disebut wanita dewasa, sudah berkeluarga dan saat ini sudah memiliki anak. Keinginan untuk ngabuburit, menghabiskan waktu naik motor keliling kota mulai sedikit mereda. Apalagi saya adalah seorang introvert. Lebih suka di rumah, berkumpul bersama keluarga, saudara, dan tetangga sembari menunggu waktu buka puasa tiba.

Kehidupan sebagai ibu telah sukses merubah acara ngabuburit saya. Tempat ngabuburit asik sebagai ibu ya hanya di sekitaran rumah saja. Paling--paling depan rumah dan ke rumah tetangga atau saudara dekat. Kegiatan saat sore hari menjelang buka puasa ya tetap membersamai anak. Puasa hari pertama kemarin, menjelang waktu buka saya masih sibuk membuat menu makan sore untuk si kecil. Karena tidak ada yang menggantikan momong dan baru ada yang ngajak dia main setelah mandi sore, ya sudah mepet waktu buka baru dibuat.

Bisa jadi keesokan harinya berbeda lagi. Mungkin ngajak anak jalan sambil naik kereta dorongnya, atau sekedar di depan rumah saja. Pengen ngabuburit ke luar rumah ajakin anak naik motor juga belum bisa. Suami kerja di luar kota dan pulangnya hanya sebulan sekali.

Segitu saja cerita tentang ngabuburit ala saya sebagai new mom yang sangat disibukkan dengan anak bayi. Full curhat gapapa kan yaa hehe

Continue reading Tempat Ngabuburit Asik Untuk New Mom

Sabtu, 02 April 2022

Puasa Saat Pandemi Di Desaku, Adakah Perbedaan?

Puasa Saat Pandemi corona

Sudah tahun ketiga kita melewati bulan Ramadhan beriringan dengan pandemi Covid-19. Puasa saat pandemi Corona sangat mengubah tradisi spesial Ramadhan di berbagai daerah. Banyak yang harus berkorban tidak bertemu dengan keluarganya demi menjaga kesehatan agar tidak sampai tertular Corona Virus. Virus yang sangat cepat menyebar, bahkan tak sedikit yang meninggal dunia akibat virus ini.

Saya akan cerita puasa saat pandemi, suasana bulan Ramadhan selama masa pandemi di daerah tempat tinggal saya. Saya tinggal di pedesaan pinggiran kota. Kalau saya perhatikan, masyarakat pedesaan yang mayoritas bekerja sebagai petani justru jarang yang terkena sakit Covid-19. Kalaupun ada yang sampai sakit, bisa jadi karena mereka ada riwayat kontak dengan orang yang datang dari daerah kota.

Berkaitan dengan Ramadhan, mungkin terasa sekali ya kalau didaerah perkotaan besar perubahan dan perbedaannya antara Ramadhan biasanya dengan Ramadhan saat pandemi. Namun di desa saya tidaklah demikian. Tidak banyak perbedaan bagi kami yang hidup di pedesaan.

Tarawih Berjamaah

Kalau pemerintah memberikan aturan untuk melaksanakan tarawih di rumah masing-masing, di desa saya tarawih tetap dilaksanakan secara berjamaah. Memang mungkin lingkupnya lebih kecil dibandingkan dengan di perkotaan. Masyarakat sekitar tarawih di sebuah musholla yang jamaahnya hanya terdiri dari penduduk satu RT, itupun tidak seluruhnya sholat jamaah di situ. Kalau ada orang dari luar, bisa jadi pendatang yang pulang rantau.

Mau disebut tidak menaati aturan, ya bisa jadi. Sejak Covid-19 sedang parah-parahnya dulu, warga desa saya, tepatnya warga RT tempat saya tinggal tetap tarawih berjamaah tanpa ada yang berbeda. Tidak pakai masker, tidak jaga jarak juga.

Mungkin seperti ini tidak untuk dicontoh masyarakat yang hidup di daerah kota. Apalagi yang jamaahnya datang dari berbagai daerah. Kalau ada salah satu yang sakit, akan lebih sulit untuk mencari orang yang menyebarkan sakit tersebut.

Alhamdulillahnya selama 2 tahun belakangan melaksanakan shalat tarawih berjamaah, warga se-RT saya tidak ada yang sakit sampai divonis kena Covid-19.

Ngabuburit

Umumnya, saat Ramadhan tiba, yang paling dinantikan adalah moment buka puasa. Sebelum buka puasa tiba, banyak orang yang keluar rumah sekedar untuk ngabuburit sambil menunggu waktu buka atau sengaja pergi untuk membeli menu buka puasa dan menu ta’jil.

Namun saat pandemi kemarin saya lihat di sosial media banyak yang mengeluh tidak bisa ngabuburit. Itu juga tidak berlaku untuk orang-orang di sekitar rumah saya. Entah pandemi atau tidak, tidak banyak orang yang jalan-jalan sore atau ngabuburit itu. Hanya beberapa orang mungkin mereka yang masih tergolong muda yang seringkali jalan sore menghabiskan waktu untuk menanti waktunya buka puasa.

Buka Bersama

Buka bersama atau biasa disebut bukber menjadi salah satu tradisi saat bulan puasa. Moment ini dijadikan sebagai kesempatan untuk kumpul bareng teman, keluarga, rekan kerja, hingga alumni.

Saat pandemi tahun pertama itu yang paling ketat. Tidak boleh ada yang namanya buka bersama. Bahkan buka puasa tidak diizinkan makan di tempat, harus dibawa pulang.

Balik lagi kepada kami yang hidup di desa, acara buka bersama masih dilakukan jika ada yang punya hajat. Jadi, pandemi atau tidak sih sama saja ya.

Buka puasa bagi kami adalah saat yang tepat untuk kumpul bareng keluarga serumah. Walaupun ada aturan tidak boleh buka puasa bersama di luar, bagi kami buka bersama di rumah bareng keluarga, makan menu masakan yang dibuat ibu saja sudah cukup.

Tidak Ada Orang Rantau Yang Pulang

Tetangga saya bahkan saudara banyak sekali yang menghidupi dirinya atau keluarganya dengan merantau ke luar kota, luar pulau, bahkan luar negeri. Sebelum Ramadhan atau mendekati hari raya Idul Fitri adalah saatnya mereka kembali ke kampung halaman berkumpul dengan keluarganya untuk merayakan hari raya bersama.

Namun sangat menyedihkan ketika pandemi 2 tahun lalu, yang keadaannya masih sangat parah, orang yang merantau terpaksa tidak bisa pulang kampung. Musholla kami yang biasanya lebih penuh jamaahnya karena datangnya orang dari rantau itu, saat itu menjadi lebih sedikit.

Bagi mereka yang punya keluarga sedang merantau pasti merasakan sekali bedanya. Kalau biasanya setiap Ramadhan bisa berkumpul, tapi karena pandemi, hanya bisa berkomunikasi melalui telepon atau video call.

Puasa Saat Pandemi Tahun 2022

Alhamdulillah pandemi Covid-19 saat ini sudah semakin membaik dengan adanya vaksin. Aturan pemerintah tentang shalat tarawih dan mudik sudah lebih longgar daripada 2 tahun lalu.

Masyarakat diperbolehkan shalat tarawih berjamaah asalkan tetap mengikuti protokol kesehatan yang berlaku yaitu pakai masker dan jaga jarak. Bagi yang ingin mudik juga sudah diizinkan dengan syarat sudah melakukan vaksin booster. Mudik dari luar negeri juga sudah boleh, tentunya dengan aturan yang berlaku.

Saudara saya pulang dari Malaysia juga sudah bisa. Aturannya yaitu harus sudah vaksin booster dan menjalani PCR setelah sampai Indonesia. Setelah dinyatakan negatif boleh lanjut perjalanannya pulang tanpa adanya karantina lama seperti tahun-tahun sebelumnya.

Sepertinya tahun ini sudah sangat membaik dan semoga saja akan terus membaik agar kita bisa berkumpul lagi bersama keluarga menyambut Hari Raya Idul Fitri. Aamiin.

 

 

 

 

Continue reading Puasa Saat Pandemi Di Desaku, Adakah Perbedaan?

Jumat, 01 April 2022

Puasa Hari Pertama Tahun 2021 dan 2022 Yang Berbeda

 

Hari pertama puasa 2022

Alhamdulillah puasa hari pertama 2022 ini insyaallah sudah bisa menjalankan ibadah puasa lagi. Anak sudah umur 1 tahun dan sedang aktif-aktifnya. Ada rasa berdebar juga nih, bagaimana ya nanti menjalankan puasa sambil momong anak yang sedang aktif merangkak kesana-kemari, panjat-panjat pagar, panjat meja, kursi, suka mengeksplor apapun yang menurutnya menarik.

Saya telah melewatkan satu bulan penuh Ramadhan tahun lalu. Saat itu kebetulan saya baru melahirkan anak pertama dan masih dalam masa nifas, tentu saja sudah tidak bisa melakukan ibadah spesial Ramadhan. Jangankan ibadah, suasana Ramadhan saja sudah tidak terasa saking menikmatinya menjadi ibu baru. Ya, nikmat-nikmat gimana gitu hehe. Apalagi bayi yang masih baru lahir sangat rewel, belum lagi jahitan masih basah, duh rasanya subhanallah.

Hari pertama puasa sampai hari ini masih menjadi perdebatan, banyak yang bertanya-tanya, puasa hari pertama hari apa ya. Masyarakat di lingkungan juga banyak yang berbeda pendapat. Tapi saya sebagai masyarakat awam yang ilmu agamanya masih dangkal banget, ikut apa kata kementerian agama saja.

Berbeda pendapat sah-sah saja. Mereka yang menentukan puasa pertama hari Sabtu atau Minggu sudah pasti punya dasar masing-masing. Kalau menurut saya sih, ikuti saja sesuai keyakinan masing-masing. Daripada tidak puasa, itu lebih buruk kan?

Balik lagi ke cerita sebagai new mom.

Kalau tahun lalu saya juga sendirian jagain bayi saya. Sungguh menantang dan benar-benar menguras kesabaran. Karena pada saat itu anak saya masih bayi, maunya tidur dipangku atau digendong, ASI belum lancar, sedangkan saya masih merasakan sakit bekas jahitan, mau berdiri susah, duduk tidak nyaman, ngantuknya nggak bisa ditahan. Tahun yang sangat menguras emosi dan memberikan banyak pelajaran dan pengalaman sekali.

Ibu saya yang biasanya membantu, kalau bulan ramadhan tidak bisa lagi membantu setelah dhuhur sampai buka puasa. Beliau harus segera ke dapur menyiapkan menu buka puasa. Karena satu rumah kami banyak anggota, ibu juga harus lebih awal masaknya. Banyak yang harus disiapkan supaya nggak keteteran sampai waktu buka puasa tiba.

Tidak kalah bikin was-was adalah saat buka puasa tibalah saatnya si kecil rewel wkwk. Waktu tarawih tiba, saat itu juga dia rewel lagi. Terpaksa neneknya selama satu bulan tidak bisa ikut tarawih. Ada satu lagi yaitu saat jam sahur, entah kenapa hampir satu bulan Ramadhan saat sahur bayi nangis. Saya yang masih baru menjadi ibu hanya merasa takut, cemas, khawatir kalau-kalau si kecil kesakitan, tapi kita sebagai orang dewasa tidak bisa mengerti. 

Beda dengan tahun ini. Anak saya sudah agak besar. Hari-hari biasa, terkadang saya benar-benar sampai kewalahan mengejar anak mengeksplorasi seluruh ruangan rumah. Apalagi kalau malam hari, saya sudah sangat lelah tapi si kecil belum juga tertidur.

Selama bulan Ramadhan nanti sepertinya saya bakalan lebih full time lagi bareng si kecil, seperti Ramadhan sebelumnya. Kalau biasanya neneknya yang membantu momong saat sore hari, bulan puasa tidak akan ada yang bantu momong lagi. Duh harus siap tenaga ekstra nih. Stok kesabaran juga wajib banget ditambah ini mah hihi.

Kalau tahun lalu rasa sabar yang diuji, kali ini sepertinya lebih dan lebih lagi. Dulu kalau lapar bisa makan. Nah sekarang beda cerita. Lebih banyak yang diuji nih. Kesabaran, rasa lapar, hawa nafsu, wah banyak ya. Semoga saya kuat dan tabah menghadapinya wkwk.

Beruntungnya saya tidak menyusui. Kalau sambil menyusui saya tidak tahu lagi bisa ikut puasa atau tidak. Bakalan tambah banyak lagi ujiannya kalau sekaligus sebagai ibu menyusui. Dan lagi beruntung sekali masih tinggal bareng orang tua. Tidak perlu masak sendiri sudah tinggal makan aja. Alhamdulillah ya hehe.

Yang paling menyenangkan sepertinya saat buka puasa. Tidak sabar menunggu moment buka puasa hari pertama bareng anak bayi. Pasti dia juga happy banget. Semua orang yang menyayanginya berkumpul dan makan bareng.

Karena si kecil sudah agak mengerti dan paham diajak berkomunikasi, semoga bulan Ramadhan kali ini tidak seheboh dan semenegangkan tahun lalu. Sepertinya dia sudah bisa diajak buka puasa bareng dengan tenang. Di jam sahur seharusnya dia masih tertidur lelap, tapi tidak tahu selama bulan puasa nanti apakah masih tidur lelap atau ikutan bangun 😁

Menu buka puasa hari pertama nanti apa ya?

Hmm sepertinya belum ada planning. Apapun yang dimasak ibuku pokoknya the best lah.

Oh ya info terbaru dari hasil sidang isbat Kementerian Agama Indonesia menyatakan dan mengumumkan bahwa puasa hari pertama dilaksanakan pada hari Minggu, 03 April 2022. 

Itulah sekelumit cerita hari pertama puasa yang sepertinya akan terjadi lusa. Selamat menunaikan ibadah puasa bagi yang menjalankan.

Mungkin ada tips dari para ibu-ibu yang sudah berhasil melewati Ramadhan bersama si kecil yang sedang aktif? Bisa share di kolom komentar ya.

Continue reading Puasa Hari Pertama Tahun 2021 dan 2022 Yang Berbeda

Rabu, 02 Maret 2022

,

Keluh Kesah Mengantar Kontrol Kesehatan Bayi Baru Lahir


Cerita segala sesuatu terkait lahiranku sudah upload di postingan kemarin. Kali ini dilanjutkan ceritanya tentang bagaimana keadaan bayiku saat kontrol lagi di rumah sakit. Btw aku kenalin nama panggilan anakku Azka. Jadi disini aku akan menyebutkan namanya saja.

Aku dan Azka diizinkan pulang dari rumah sakit setelah rawat inap 3 hari 2 malam. Untuk kontrol nifas boleh dimanapun yang terdekat dengan rumah. Tapi untuk bayiku wajib kontrol ke rumah sakit lagi setelah 3 hari pulang. Mengingat dia lahir prematur dan berat badannya rendah jadi harus diperiksa dokter lagi tumbuh kembangnya.

Kontrol Pertama

Bayiku kontrol pertama kali yaitu 3 hari setelah pulang. Hari Selasa pulang, hari Jum’at lah kita kontrol.

Selama 3 hari dirawat sendiri di rumah itu dia jarang sekali membuka matanya. Aku dan ibuku selalu siaga memberikan minum setiap 2 jam sekali. Saat itu masih minum susu formula dan sesekali ASI. ASI ku belum keluar banyak, terpaksa dibantu dengan susu formula. Apakah mungkin tidak adanya IMD (Inisiasi Menyusu Dini) menjadi salah satu penyebab ASI tidak lancar ya?

Dia sudah terlanjur nyaman minum dari dot karena di rumah sakit selama rawat inap 3 hari itu sudah terbiasa minum dari dot. Minum dari dot tidak butuh energi banyak untuk nyedot nya. Nah itulah dia tidak mau mengenyot payudara. Alhasil ASI pun keluarnya sangat sedikit. Tiap disodorin payudara dia nangis kejer karena ASInya nggak keluar. Dan aku nggak tega melihat bayi sekecil itu nangis kejer, akhirnya kembali lagi ke dot.

Tidak mudah untuk memberikan minum ke bayi lahir prematur. Bayiku minumnya sangat sedikit, bahkan 30 ml saja habisnya bisa sampai 1 jam. Waktunya lebih banyak buat tidur.

Hari itu tepat hari Jum’at, aku, suami, dan ibuku kembali ke rumah sakit untuk kontrol Azka. Sungguh sangat tidak tega sebenarnya bawa bayi yang masih merah kemana-mana, tapi mau bagaimana lagi, kita harus lakukan demi kesehatannya.

Karena biasanya rumah sakit sangat ramai dan harus segera dapat nomor antrian sepagi mungkin, pagi itu jam 05.00 WIB suamiku sudah berangkat ke rumah sakit supaya dapat nomor antrian awal. Setelah dapat nomor antrian, suamiku pulang lagi menjemput kami. Sekitar jam 06.30 WIB kami berangkat ke rumah sakit bawa si kecilku.

Walaupun dapat nomor antrian awal, harus tetap nunggu agak lama juga. Sebelum dokter datang, sekitar jam 08.00 WIB pasien mulai dipanggil untuk skreening awal, ditimbang berat badan dan diukur panjang badannya.

Setelah itu kita nunggu dokternya datang. Sekitar jam 09.00 WIB mulai dipanggil satu per satu. Sampai tibalah giliran Azka. Dokter memeriksa hanya sebentar dan ternyata divonis kena kuning. Penyakit kuning normal terjadi pada bayi baru lahir sekitar 1-3 hari apalagi prematur. Kuning pada bayi ini sebenarnya bisa dilihat dengan mata telanjang. Badan dan putih matanya terlihat menguning

Menurut alodokter.com, bayi kuning merupakan dampak dari tingginya kadar bilirubin dalam darah, yaitu zat berwarna kuning yang diproduksi tubuh saat sel darah merah pecah. Saat itu dokter langsung merujuk ke laboratorium dilakukan tes darah untuk mengetahui kadar bilirubin. Karena Azka berat badannya masih rendah, badannya seperti hanya ada tulang dan kulit saja, sangat sulit ngambil sampel darahnya. Bahkan petugas laboratorium sampai tidak tega menyuntik kakinya yang masih sangat kecil dan kurus itu. Diusahakan terus sampai mendapat sampel darah secukupnya.

Selanjutnya yang tidak kalah membosankan yaitu menunggu hasil lab. Tidak masalah menunggu lama kalau untuk orang dewasa saja. Yang bikin ketar-ketir disini adalah ada bayi sangat kecil ikut nunggu lama. Sungguh tidak tega lihat kondisinya. Didalam ruangan terkena dinginnya AC, di luar ruangan panas. Serba bingung kan. Sedangkan matanya masih tetap terpejam dalam gendongan neneknya.

Hampir jam 11.00 WIB hasil lab baru keluar. Bilirubin Azka memang agak tinggi. Jadi Azka harus menginap 24 jam lagi di rumah sakit. Sendirian. Tanpa didampingi orang tua. Aku harus terpisah lagi 24 jam dengan anakku. Duh hatiku rasanya sudah tidak karuan. Rasa takut, khawatir, semua bercampur jadi satu tidak bisa dijelaskan.

Selanjutnya kami menuju ke pendaftaran rawat inap. Disini lagi dan lagi nunggu lama. Salahnya sumiku tidak bilang kalau pasiennya bayi dan minta didahulukan. Setelah sekitar 15-20 menit belum juga dipanggil barulah suamiku bilang ke bagian pendaftaran tadi minta segera didahulukan. Alhamdulillah adminnya mengerti dan akhirnya kami segera masuk mengantarkan Azka ke tempat perawatannya.

Kepala ruangan bayi menjelaskan kalau hasil tes darah Azka bilirubinnya tinggi. Bilirubin yang semakin tinggi bisa membahayakan bayi. Jadi treatment yang diberikan yaitu fototerapi. Bayi disinar dengan cahaya khusus didalam sebuah box dalam keadaan telanjang. Fungsinya untuk menghancurkan dengan cepat bilirubin tadi agar bisa dikeluarkan melalui urin atau feses sampai bilirubin kembali normal. Bilirubin Azka memang diatas rata-rata tapi tidak tinggi terlalu banyak. Perawatan cukup dilakukan 24 jam saja.

Aku, suami, dan ibuku harus meninggalkan Azka sementara waktu dengan hati yang tidak tenang. Tidak sabar menunggu hari esok segera tiba dan membawa Azka pulang kembali.

Karena orang tua, termasuk ibu bayi tidak diizinkan masuk ke dalam ruang perawatan, aku harus sesering mungkin mengirimkan ASI. Di rumah aku rajin memompa ASI walaupun yang keluar setetes-tetes dan hanya dapat 30ml dari dua payudara. Aku harus semangat demi anakku. Walaupun hanya 30 ml juga diantar ke rumah sakit oleh suamiku. Suamiku mengantar ASI hari Jum’at sore dan Sabtu pagi.

Hari Sabtu kemudian..

Karena katanya Azka hanya dirawat selama 24 jam, dan dia masuk ruangan sekitar jam 11.00 – 12.00 WIB, dijam itu aku sangat menunggu telepon dari rumah sakit. HP selalu berada di dekatku.

Yang ditunggu-tunggu pun akhirnya tiba. Sekitar jam 15.00 WIB HP suami berbunyi. Senangnya aku, ternyata itu panggilan dari rumah sakit menginformasikan kalau Azka sudah siap dijemput. Cepat-cepat mandi dan langsung berangkat. Selalu dong kami bertiga formasinya, aku, suami, dan ibuku hehe. Aku dan suami yang masuk ke ruangan, sedangkan ibuku menunggu diparkiran karena yang punya akses masuk hanya orang tua bayi.

Wah bahagia sekali akhirnya anakku kembali ke pelukan ku tentunya dalam keadaan terlihat lebih fresh dan lebih sehat. Semoga sehat seterusnya ya sayang. Aamiin

Kontrol pertama yang mendebarkan sudah berlalu. Masih diminta kontrol lagi untuk kedua kalinya, kalau tidak salah ingat setelah satu Minggu kemudian.

Setelah kontrol itu Azka sudah semakin membaik. Minum susu sudah lebih baik daripada kemarin. Aku sudah berani bawa keluar rumah walaupun hanya di teras setiap pagi untuk berjemur.

Satu Minggu kemudian...

Hari yang mendebarkan akan datang lagi. Saatnya kontrol yang kedua.

Prosesnya sama seperti yang lalu. Jam 05.00 WIB suami berangkat ke ruang sakit bawa berkas rujukan dan ambil nomor antrian. Jam 06.30 WIB Azka kami antar ke rumah sakit. Sekitar jam 08.00 WIB dilakukan skreening awal, penimbangan berat badan. Alhamdulilah berat badan Azka sudah ada peningkatan. Nunggu dokter datang sampai sekitar jam 09.00-10.00 WIB. Azka dipanggil, diperiksa dan alhamdulilah kondisi Azka sudah jauh lebih baik.

Kontrol kedua ini adalah kontrol terakhir. Dokter tidak merujuk untuk melakukan kontrol lagi. Katanya semua sudah baik. Bahagianya kami semua. Setelah selesai pemeriksaan, kami langsung pulang dengan hati yang lebih tenang. Alhamdulillah semoga sehat terus.

Azka kami rawat di rumah dengan sebaik mungkin. Sampai sekarang usianya hampir 1 tahun berat badannya baik, tinggi badannya baik, perkembangannya juga sesuai dengan usianya. Dia sangat lincah, aktif, dan jarang sakit. Masya Allah tabarakallah.

Semoga kita semua diberikan kesehatan terus. Aamiin aamiin ya rabbal 'alamiin.

Mungkin next aku akan cerita lagi terkait perkembangan Azka. Tapi sampai saat ini masih belum terpikir lagi buat cerita apa hehe. Ditunggu saja yaaa.

Terimakasih sudah bersedia membaca ceritaku. Love you all

 

 

 

Continue reading Keluh Kesah Mengantar Kontrol Kesehatan Bayi Baru Lahir

Selasa, 01 Maret 2022

Melahirkan Dimasa Pandemi Covid-19, Suka dan Duka Penuh Drama

 Melahirkan_Dimasa_Pandemi_Covid-19

Setelah berhasil menyelesaikan tulisan tentang kehamilanku mulai dari usaha mencapai garis dua sampai cerita selama hamil, akhirnya sampai juga pada cerita yang selalu aku excited banget buat nyeritainnya. Apalagi kalau bukan cerita melahirkan malaikat kecilku yang sudah lama sekali dinantikan kehadirannya.

Di blogpost terakhir aku menceritakan pengalaman hamilku di trimester ketiga yang berakhir di kehamilan minggu ke 35-36. Sebenarnya masa kehamilan itu sebanyak 40-42 minggu. Tapi aku lahiran sebelum itu, jadi bisa disebut melahirkan bayi prematur. Sampai sekarang masih belum tahu sebabnya aku bisa melahirkan prematur karena belum pernah konsultasi dengan dokter juga.

Baca juga: Cerita Hamil Trimester Pertama

Aku melahirkan tepat pada hari Minggu tanggal 21 Maret 2021. Jadi umur anakku hari ini sampai blogpost ini tayang udah hampir setahun ya, tepatnya 11 bulan lebih.  Masyaallah.

Pada hari aku melahirkan itu jelas sudah memasuki masa pandemi. Dan aku khawatir banget sebelumnya karena pasti prosedurnya bakalan lebih ribet dari biasanya. Tapiii ternyata.....


Hamil_trimester_ketiga

Satu hari sebelum melahirkan..

Sebelum tahu kalau akan melahirkan lebih cepat, aku tidak mengira sama sekali akan melahirkan prematur.

Hari Sabtu sebelum tanggal 21 Maret aku masih sempat memaksa ngajak suami beli mie ayam kesukaanku. Pada hari Sabtu itu mulai siang kuu merasakan perutku keras dan tidak ada gerakan bayi sama sekali. Biasanya kalau perut terasa keras, ada gerakan dan merespon kalau diberi rangsangan dari luar, misalnya dielus gitu. Tapi kali ini enggak. Setelah bangun tidur siang tetep keras, aku bawa mandi dikucurin air juga tetap aja keras nggak ada gerakan sama sekali. Yang terlintas dipikiran bukan kepikir mau lahiran, tapi khawatir kalau-kalau bayiku kenapa-napa. Oke, aku masih positif thinking, mungkin si baby lagi tidur.

Satu lagi ketidaknyamanan yang aku rasain pada hari Sabtu itu yaitu nggak kuat berdiri lama. Sekitar 5-10 menit saja sudah sangat lelah dan capek, bahkan ada rasa nyeri di sekitar perut kebawah. Tapi aku masih belum kepikiran sama sekali kalau itu bisa menjadi tanda akan launching-nya si buah hati. Aku mengira kalau itu keluhan yang normal terjadi pada ibu hamil trimester akhir.

Baca juga: Cerita Hamil Trimester Kedua

Oke lanjut.

Aku pulang dari beli mie ayam setelah maghrib, ya sekitar jam 19.00 WIB. Aku tidak pernah menceritakan keluhan-keluhan itu kepada siapapun, bahkan suami dan ibuku juga tidak tahu. Aku masih bersikap seperti biasanya padahal ada rasa sedikit tidak nyaman di area perut, tapi memang rasa itu aku anggap biasa aja. Kan lahiran masih lama, sekitar satu bulan lagi, pikirku.

Aku tidur seperti biasanya, sekitar jam 21-22 WIB sudah masuk kamar dan bersiap tidur. Lagi-lagi, selalu terbangun setiap 1-2 jam sekali, apalagi acaranya kalau bukan pipis wkwk.

Sekitar jam 3 dini hari aku terbangun lagi, ke kamar mandi, tapi mulai merasakan nyeri dan sakit yang tidak biasa. Aku coba tahan, nggak ngebangunin suami juga. Coba terus tidur tapi nggak bisa. Menahan sakit yang terasa beberapa menit sekali. Aku mulai berpikir, apakah ini yang dinamakan kontraksi. Padahal belum saatnya melahirkan tapi kok kontraksi, pikirku.

Minggu, 21 Maret 2021 pagi..

Pagi hari sekitar jam 6 aku terbangun. Kali ini sakitnya lebih terasa semakin sakit. Rasanya ingin pup juga. Sudah masuk ke WC tapi ternyata tidak BAB. Nah akhirnya aku bilang ke ibu kalau perutku sakit dan mulas. Ibu yang sudah berpengalaman langsung gercep dong ngajak periksa ke bidan. Oke cus ke bidan desa.

Sampai di rumah bidan, langsung di cek dan ternyata taraaaaa sudah bukaan dua. Oh my God. Itu artinya aku akan segera melahirkan di usia kehamilan yang masih 8 bulan menginjak 9 bulan. Karena ada beberapa resiko yang sebelumnya sudah teranalisa, bidan tidak berani mengambil resiko menangani lahiranku. Jadi langsung disarankan ke rumah sakit saja.

Aku pulang dan buru-buru bersiap-siap ke rumah sakit. Belum ada persiapan sama sekali sebelumnya untuk keperluan baby. Bahkan baju baby belum beli satu pun, apalagi keperluan mandi bayi belum punya sama sekali. Cuma ada beberapa biji dikasih sama saudara wkwk.

Bahkan berkas-berkas seperti KTP, Kartu Keluarga, Kartu BPJS yang sebelumnya sudah diingatkan di Puskesmas untuk dipersiapkan, belum aku siapkan sama sekali. Jadi pagi itu bener-bener ribet, mempersiapkan segala sesuatunya mendadak. Ibu yang menyiapkan semua keperluanku dan suami yang segera menyiapkan kendaraannya. Aku ngapain? Ya diam lah sambil menahan sakitnya kontraksi wkwk.

Baca juga: Cerita Hamil Trimester Ketiga

Melahirkan_di_rumah_sakit

Otewe ke rumah sakit..

Yang mendampingi aku tentu saja suami dan ibuku. Kita mampir ke rumah sakit swasta dulu, berharap disitu lebih cepat tertangani. Rumah sakit sepi karena masih pagi. Aku langsung menuju pendaftaran, berbaring di ranjang pasien, dan diambil sampel darahnya untuk dilakukan beberapa tes. Nunggu hasilnya berasa lama banget, seiring dengan perutku yang kontraksinya sudah lebih sering.

Setelah semua berkas di cek oleh pihak rumah sakit, ternyata hasil swabku yang lalu sudah tidak berlaku atau habis masa pakainya. Artinya aku harus swab ulang, sementara rumah sakit swasta itu tidak mau melakukan swab untuk pasien yang kondisinya darurat dan butuh penangananan cepat.

Staf rumah sakit swasta itu meminta kita pindah ke RSUD saja. Duh aku kesel banget dong. Udah nunggu lama sambil ngerasain sakitnya kontraksi, berharap segera tertangani karena sepi, eh tiba-tiba disuruh pindah tanpa diantar sama sekali. Oke kita langsung menuju RSUD.

Sampai di RSUD mungkin sekitar pukul 08.00 WIB. Sama, di RSUD sangat sepi karena masih pagi. Jadi pendaftaran juga bisa lebih cepat. Suamiku yang mengurus di pendaftaran, sedangkan aku langsung dibawa ke ruang bersalin. Ibuku yang ikut mendampingi aku. Karena di masa pandemi, sudah pasti harus pakai masker dan dicek suhu di bagian pendaftaran tadi.

Di ruang bersalin aku diminta mengambil sampel urin oleh bidan. Disitulah aku tahu kalau ternyata sudah ada bercak darah yang keluar. Bidan mengambil sampel darah, memasang infus, dan mengecek bukaan jalan lahir. Betapa kagetnya aku pada saat itu bidan bilang kalau ternyata sudah bukaan 8 dan kepala bayi sudah teraba.

Sebelum bidan menyebutkan kalau ternyata sudah bukaan 8, aku masih terus berpikir kalau aku tidak akan bisa melahirkan normal dan harus operasi Caesar. Karena sejak awal periksa kehamilan, bidan Puskesmas sudah memvonis akan melahirkan secara Caesar dan diminta siap mental untuk itu.

Saat aku mendengar sudah bukaan 8  yang terpikir di otakku hanyalah, berapa sih berat badan bayiku kok sampai bisa dilahirkan secara normal.

Lanjut ceritanya di ruang bersalin.

Sambil menunggu bukaan lengkap atau bukaan 10, aku ditinggalkan sendiri di ruang bersalin, sedangkan bidan ke ruang sebelah entah apa yang mereka lakukan. Rasanya bener-bener campur aduk. Kontraksi semakin sering, tapi di ruang bersalin tidak ada yang menemani, rasanya ah mantap wkwk.

Sambil menunggu bukaan lengkap itu, ibuku sibuk belanja perlengkapan untuk melahirkan. Bidan rumah sakit yang terkenal galak sudah pasti membentak-bentak kalau tidak bergerak cepat. Kasihan ibuku huhu *sad.  

Saat ibuku datang, suamiku juga masuk ke ruang bersalin, dan beberapa bidan juga masuk ke ruang bersalin, menutup pintu, dan bersiap untuk membantu kelahiran bayiku. Tidak lama kemudian, dengan mengerahkan seluruh tenagaku untuk mengejan, akhirnya  bayi mungilku lahir dan terdengar tangisannya yang membuatku merinding. Walaupun tangan harus ditusuk-tusuk jarum infus berkali-kali, infus lepas darah ngucur ditangan sampai ditali pakai gurita, semua itu terbayar sudah dan tak terasa sakit sama sekali.

Lega rasanya mendengar tangisannya. Terharu aku tuh sudah menjadi ibu seutuhnya. Meskipun aku sempat mendengar bidan bilang kalau bayiku BBLR (berat badan lahir rendah), aku hanya berharap bayiku sehat dan bisa segera pulang. Tapi rupanya perjalanan tidak semudah itu.

Setelah bayi lahir, lahirlah juga plasenta atau istilah Jawa nya batur bayi. Perjuangan tidak berhenti sampai disitu. Ternyata jalan lahirku perlu dijahit. Kata bidan banyak banget sobekan diluar dan didalam. Oh my God rasanya dijahit tanpa dibius tuh benar-benar super sekali. Daripada melahirkan menurut ku jauh lebih sakit saat dijahit. Waktu menjahit 15 menit, tepat jam 09.00 WIB selesai.

Selesai dijahit, bidan ngasih tahu kalau hasilnya reaktif dari hasil tes Covid-19 tadi. Aku tidak dipertemukan dengan bayiku sama sekali. Yang seharusnya dilakukan IMD (Inisiasi Menyusu Dini) jadi tidak ada. Sedih banget. Aku hanya melihat wajahnya dari samping sekitar 5 detik aja, bidan langsung membawanya ke ruangan bayi. Lihatnya lagi hanya dari foto yang diambil suamiku. Aku segera dipindahkan ke ruang perawatan karena sudah ada pasien masuk lagi yang akan melahirkan juga.

Karena hasilnya reaktif dan kebetulan hari Minggu tidak ada swab, jadi aku harus rawat inap menunggu sampai hari Senin untuk dilakukan swab lagi. Aku dipindahkan ke ruang isolasi yang isinya hanya 2 pasien dalam satu kamar. Beruntung melahirkan lebih dulu daripada keluar hasil tesnya. Kalau sampai hasil tes keluar lebih dulu pasti melahirkannya di ruang isolasi itu, bukan di ruangan bersalin dan bidan memandu lewat jarak jauh jika bukaan belum lengkap dan belum saatnya mengejan. Orang yang sekamar dengan aku cerita seperti itu. Dia harus melahirkan di ruang isolasi dengan penerangan seadanya karena reaktif Covid-19. Kasihan sekali.

Senin, 22 Maret 2021

Tibalah hari Senin, aku sudah tidak sabar menunggu swab lagi. Pagi menjelang siang dilakukanlah swab. Tak sabar juga menunggu hasilnya keluar. Ternyata hasil swab keluarnya setelah maghrib. Alhamdulillah aku dan teman sekamarku hasilnya negatif. Karena sudah malam, jam kerja administrasi juga pasti sudah selesai, kita belum diperbolehkan pulang. Harus menginap satu malam lagi huft. Di rumah sakit sungguh sangat tidak nyaman. Tapi aku dipindahkan lagi ke ruang perawatan setelah melahirkan yang isinya lebih banyak orang dan semakin tidak nyaman tempatnya.

Oh ya aku pakai BPJS dari pemerintah jadi bisa dikatakan kelas bawah ya. Itulah kenapa ruanganku tidak spesial dan kurang nyaman. Terima saja lah yaa hehe.

Lanjut ke ceritanya yaa..

Setelah dinyatakan negatif dan dipindah ke ruang pasca melahirkan, aku berharap akan segera dipertemukan dengan anakku.

Tibalah hari Selasa.

Yang sangat membosankan rutinitas di rumah sakit, pagi-pagi sekali harus segera antri mandi. Habis itu penunggu tidak boleh berada di dalam ruangan. Katanya ruangan akan dibersihkan. Penunggu boleh datang lagi sekitar jam 10.00 – 11.00 WIB.

Aku disitu sendiri menahan kantuk, tidak ada teman ngobrol, tidak ada signal, begitu lengkap kebosananku. Oke, memang ada teman yang awalnya satu kamar, tapi kami tidak saling bicara, hanya ibu kami yang akrab. Jadi disitu kita saling diam. Ibu yang lain sudah diberikan bayinya masing-masing, tapi aku dan satu teman seruangan tadi tidak diberikan bayi. Jadi sampai hari Selasa aku masih belum bertemu dengan anakku.

Sekitar jam 06.30 WIB jatah sarapan datang. Diberikan waktu 1 jam untuk makan sebelum tempat makan diambil lagi. Sekitar jam 08.00 WIB ada kunjungan bidan laktasi. Dicek kondisi payudara dan ASI. Lanjut jam 08.30 WIB ada kunjungan dokter. Dokter mengecek kondisi pasien dan menentukan apakah pasien bisa pulang hari itu.

Jam 09.30 WIB sudah mulai ada panggilan untuk para pendamping. Ibu dan suamiku juga sudah datang. Sambil menunggu dipanggil, kami berkemas bersiap pulang.

Tibalah saatnya sekitar jam 10.00 WIB namaku dipanggil dan yeay akhirnya pulang. Kami lalu menuju ruang bayi menjemput anakku, tapi ternyata si kecil belum bisa pulang pagi itu. Dia kemungkinan baru bisa pulang sore soalnya dokter belum mengecek lagi kondisinya. Kami pulang dengan sedikit kecewa. Mengingat dia lahir prematur dan BBLR, sangat mungkin akan membutuhkan perawatan lebih lama lagi di rumah sakit. Kami hanya berharap semua yang terbaik, si kecil sehat dan boleh pulang hari itu juga.

Sampai rumah ternyata tetap tidak tenang ya. Anakku belum ada dalam dekapanku. Harap-harap cemas menunggu telepon dari rumah sakit.

Tibalah sekitar jam 15.30 WIB suamiku ditelepon rumah sakit dan katanya bayinya sudah boleh pulang. Waah aku seneng banget, sebentar lagi akan bertemu malaikat kecilku. Hanya suami dan ibuku yang menjemput ke rumah sakit. Aku sungguh tidak sabar menunggu kedatangannya.

Sampai di rumah sekitar jam 17.30 WIB pas banget adzan Maghrib berkumandang. Akhirnya aku bisa melihat dan memeluk buah hatiku. Dapat pesan dari rumah sakit katanya tidak boleh terpapar banyak orang dulu, mengingat bayi yang masih sangat kecil rentan tertular penyakit, apalagi sedang dalam masa pandemi. Jadi hari itu langsung masuk kamar dan hanya saudara terdekat yang melihat, itu pun dari jauh.

Banyak yang mencibir katanya bayi kok nggak boleh dilihat orang. Tapi aku tidak peduli. Semua demi kebaikan anakku.

3 hari lagi bayiku harus kontrol ke rumah sakit lagi. Untuk cerita kontrolnya akan aku post lagi di postingan selanjutnya yaa. Luv you all..

Continue reading Melahirkan Dimasa Pandemi Covid-19, Suka dan Duka Penuh Drama

Jumat, 11 Februari 2022

,

Cerita Hamil Trimester Ketiga

 

Selesai sudah aku menceritakan pengalaman hamilku pada trimester pertama dan kedua. Sekarang saatnya melanjutkan ke trimester ketiga yaitu mulai usia kandungan 28 minggu hingga 42 Minggu. 

Usia kandungan 28-31 minggu (7 bulan)

Menurutku usia kandungan ini mulai terasa berat dan badan mulai terasa nggak enak. Yang awalnya santai dan masih biasa, di usia ini sudah terasa beberapa keluhan lain lagi.

Mengingat lagi, di usia kandungan 7 bulan ini aku merasa lebih sesak nafas. Kalau mau nafas sering banget harus ambil nafas dalam-dalam. Walaupun begitu nafas masih nggak puas dan nggak lepas.

Tubuhku juga merasakan cepat lelah. Jujur, saat hamil tua ini aku sudah tidak sanggup melakukan pekerjaan berlama-lama, apalagi sambil berdiri. Hebat banget loh para ibu-ibu diluaran sana yang saat hamil tua masih bisa bekerja, apalagi yang kerjanya harus berjalan dan kepanasan. Tidak bisa dipungkiri, nyatanya memang ada, bahkan banyak ibu-ibu yang harus seperti itu. Mungkin demi mencukupi kebutuhan keluarga, memberi makan anak-anaknya, dan entahlah berbagai alasan lain.

Aku bersyukur banget saat hamil tua sudah bisa istirahat dengan tenang di rumah, bahkan masak aja nggak pernah. Enaknya gitu ya kalau masih tinggal dengan orang tua hehe. Lapar tinggal makan, capek tinggal tidur.

Kalau masalah tidur sebenarnya aku tidak mengalami kesulitan tidur yang parah. Hanya saja yang mengganggu karena harus sering banget bangun setidaknya 2 jam sekali, harus ke kamar mandi buang air kecil.

Keluhan lama yang masih ada yaitu kebas diujung jari tangan. Masih sama rasanya seperti dulu saat kebas mulai dirasakan.

Dibalik kepayahannya, ada satu yang selalu dirindukan, gerakan dedek bayi yang semakin jelas dan semakin sering. Diusia ini terasa banget kalau debay sedang bergerak. Bukan cuma terasa, tapi terlihat. Kadang dia nendang keras banget, kadang gerakan pelan, kadang diperut sisi kiri, kadang di kanan, entah apa yang dia lakukan didalam sana hihi.

Speechless banget loh. Bayangkan, didalam tubuh kita ada makhluk hidup yang mulai tumbuh, berkembang, dan sebentar lagi akan belajar hidup juga di dunia bersama kita. Rasa yang sungguh sangat tidak bisa dijelaskan dengan kata-kata. Maha besar Allah dengan segala kuasanya.

Usia kandungan 32-35 minggu (8 bulan)

Semakin tua usia kandungan, semakin terasa juga keluhan yang dirasakan. Rasanya masih sama seperti usia kandungan 7 bulan, bedanya lebih dan lebih lagi rasanya.

Usia kandungan 33 Minggu aku USG lagi. Kata dokter untuk usia kandungan segitu masih kurang berat badan si dede bayi. Jadi aku disarankan perbanyak makan karbohidrat untuk menambah berat bayi sebelum dilahirkan. Janin dinyatakan sehat dan detak jantungnya bagus.

Usia 34 minggu mulai ada keluhan keluar lendir. Awalnya aku biasa aja. Aku pikir itu normal terjadi pada ibu hamil tua. Tapi setelah lendirnya itu beberapa hari tidak berhenti aku mulai khawatir dan cari informasi dari Google. Ada yang menyebutkan kalau lendir yang keluar saat hamil tua itu adalah lendir sumbat, yang menandakan bahwa persalinan tidak akan lama lagi.

Lendirnya tuh bukan lendir seperti keputihan yang bisa dibersihakn kalau lagi buang air kecil. Ini lendirnya lebih kental dan tidak pernah bisa dibersihkan total saat buang air kecil. Kalau aku cocokkan kok hampir mirip ya informasi dari Google dengan yang aku alami. Aku semakin tidak tenang. Tapi tidak ada yang bisa aku lakukan. Tetap berdoa dan pasrah sama Allah apapun yang diberikan Allah semoga menjadi yang terbaik.

Harusnya usia 37 Minggu jadwalku kontrol ke dokter lagi. Kebetulan saat daftar ternyata dokter masih belum buka praktek lagi. Niatnya aku akan sampaikan keluhanku ini ke dokter.

Tapi ternyata lendir tadi benar menjadi tanda akan melahirkan dan cerita hamilku ini selesai hanya di minggu 35-36 saja. Tanpa disangka dan diduga aku melahirkan di usia kehamilan 35-36 Minggu atau masih 8 bulan, baru akan menginjak 9 bulan. Jadi bisa disebut prematur. Walaupun sudah akan masuk 37 Minggu tapi tetap disebut prematur karena belum sampai 37 Minggu.

Selengkapnya cerita melahirkan akan aku bahas di blogpost terpisah yaa.

Sekian akhir dari cerita kehamilanku mulai trimester pertama, kedua, dan ketiga. Tetap tenang menghadapi kehamilan kalian ya. Jangan takut apapun yang dirasakan, ada keluhan atau sesuatu yang mengganjal hati jangan ragu untuk konsultasi kan dengan ahlinya, baik itu bidan atau dokter. Jangan lupa juga tetap memohon kepada Allah untuk diberikan kemudahan hamil hingga melahirkan dan dikaruniai buah hati yang sehat. Aamiin.

 

 

Continue reading Cerita Hamil Trimester Ketiga

Jumat, 04 Februari 2022

,

Cerita Hamil Trimester Kedua

cerita-hamil-trimester-kedua

Hai bund,

Aku akan melanjutkan lagi cerita tentang kehamilanku. Di blogpost sebelumnya sudah pernah aku ceritain bagaimana kehamilan ku di trimester pertama. Dan sekarang lanjut ke trimester kedua yaaa..

Trimester kedua dimulai dari minggu ke 14 hingga minggu 27. 

Usia Kehamilan 14-17 Minggu (4 bulan)

Di 4 bulan ini aku mulai ada keluhan di ujung tangan terasa seperti kebas. Kebetulan pas periksa ke Puskesmas ada di minggu-minggu ini. Aku sampaikan keluhanku dan langsung dicek lab untuk kolesterol dan asam urat. Tapi semua hasilnya bagus. Saat ke dokter kandungan pun aku sempat mengatakan keluhan ini. Entah itu aku diberikan resep obat atau tidak, aku lupa hehe. Mungkin memang bawaan dede bayi kali yaa hihi. Tidak beruntungnya, kebas ini berlanjut terus sampai melahirkan. Dipakai nulis tangannya sudah mati rasa dan pegel-pegel sakit gitu rasanya. Tapi setelah debay lahir langsung sembuh kebasnya. 

Usia Kehamilan 18-22 Minggu (5 bulan)

Pada usia ini adalah masa-masa yang paling nyaman. Mual sudah tidak pernah lagi. Makan juga semua makanan enak. Tapi lebih sering mengalami yang kata orang-orang 'ngidam'. Makanan apa aja yang terlintas di kepala semua pengen dibeli dan dimakan wkwk. Keluhan sudah minim, hanya saja kebas di ujung jari tangan masih tetap ada. Di minggu-minggu ini aku hanya kontrol ke bidan desa dan tidak ke dokter kandungan karena yaa merasa enakan aja. Karena tidak ada keluhan, bidan juga tidak menyarankan cek lab, hanya diberikan vitamin hamil seperti biasanya. 

Usia Kehamilan 23-27 Minggu (6 bulan)

Di usia ini ketidaknyamanan lain mulai muncul lagi. Kalau jalan cepat lelah, kadang juga nafas agak susah karena bayi sudah semakin besar dan menekan ke atas. Ada keluhan baru lagi yaitu tulang bokong nyeri banget kalau dibawa berdiri setelah duduk di lantai atau ditempat keras.  Selain itu, keputihan juga mulai keluar lagi. Aku sempat takut kalau soal keputihan. Saat ke dokter aku sampaikan keluhan itu, tapi dokter tidak menanggapi sebagai keluhan yang membahayakan. Hanya keputihannya saja yang diperiksa. Disitu aku diresepkan obat keputihan namanya Trichodazol.  

Setelah dari dokter, selang beberapa hari periksa ke Puskesmas karena memang jadwalnya kontrol. Ada keluhan baru yang aku sampaikan yaitu kaki bengkak sebelah. Dan sudah berlangsung selama kurang lebih 3 hari. Bengkaknya nggak gede sih, tapi sudah bisa disebut bengkak. Katanya orang-orang kalau kaki sudah bengkak tandanya akan segera melahirkan. Aku was-was juga dong. Baru juga masuk 7 bulan kok melahirkan. Di Puskesmas lagi-lagi dilakukan cek lab Hb, protein dalan urin dan glukosa dalam darah. Tapi semua hasilnya bagus. Okelah aman. Aku sedikit lebih tenang kalau hasilnya bagus. Tidak ada resep khusus dari Puskesmas, hanya vitamin seperti biasanya.

Selesai sudah trimester kedua. Menurutku trimester kedua ini paling nyaman dan terasa seperti tidak sedang hamil. Mual sudah sama sekali tidak ada apalagi muntah. Hanya saja badan terasa lebih berat, cepat capek, nafas lebih sesak, garis strechmark mulai terlihat, dan lebih sering buang air kecil, apalagi saat malam hari. 

Untungnya saat aku hamil itu nggak sedang musim gerah, jadi tetep ngerasa nyaman dan tidur juga tetep enak. Yang bikin nggak nyaman saat tidur malam hari tuh bolak balik ke kamar mandi buang air kecil hampir setiap 2-3 jam sekali. 

Benar-benar nikmat sekali ya merasakan masa hamil tuh dengan segala keluhan dan ketidaknyamanannya. Meskipun terkadang merasa tidak nyaman, tapi tetep bersyukur banget menjadi perempuan yang bisa merasakan susah senangnya hamil. Tidak semua perempuan bisa beruntung merasakan sebuah kehamilan. 

Aku akhiri sampai disini dulu untuk cerita hamil kali ini. Next aku akan bahas cerita hamil ku di trimester ketiga atau terakhir. Dan nantinya akan aku ceritain juga perjuangan melahirkan di era pandemi. 

Yang  saat ini sedang hamil tetep semangat yaa. Jangan terlalu banyak mengeluh demi datangnya sang buah hati tercinta..


Continue reading Cerita Hamil Trimester Kedua