Kamis, 17 November 2022

,

Prioritaskan Kesehatan Mata, Miopi Di Mataku Rupanya Sungguh Mengganggu

 

miopi (rabun jauh)

Mata adalah ibarat senter, bahkan jendela dunia untuk kita. Sedikit saja mata terganggu sudah pasti akan menghambat pekerjaan dan aktivitas sehari-hari. Bukan berarti organ tubuh lainnya tidak penting. Semua yang ada di tubuh memiliki peran dan fungsinya masing-masing. Satu terluka, seluruh tubuh merasakan ketidaknyamanan pula.

Dalam rangka memperingati Hari Penglihatan Sedunia (World Sight Day) saya ingin menuliskan kenangan kurang mengenakkan tentang MATA yang pernah saya alami. Tidak beruntungnya, masalah mata saya pada saat itu masih belum membaik hingga saat ini, justru mungkin bisa jadi lebih memburuk.

Sekitar 4 tahun yang lalu saya mulai merasa ada masalah pada mata. Sebelum itu tidak pernah sama sekali mengalami keluhan apapun. Beruntungnya, saya bukanlah dari generasi yang sejak bayi kenal smartphone. Saya baru memegang handphone pertama kali yaitu saat SD kelas 5. Itupun bukan jenis smartphone, hanya sebatas handphone yang bisa digunakan untuk mengirim pesan dan telepon saja. Coba, bisa dibayangkan seandainya saya lahir dari generasi yang sejak lahir sudah bisa foto-memfoto, mungkin masalah mata saya akan datang disaat usia masih lebih muda.

Disaat mata bermasalah itu, saya sudah lulus kuliah dan sudah bekerja. Awalnya, terasa berat di area mata, pedih, pandangan buram, dan sangat silau kalau terkena sinar matahari, sakit, sampai berair. Disitu kecurigaan mulai muncul. Wah, sepertinya ini tanda-tanda mata minus nih. Lalu, saya putuskan periksa ke Puskesmas. Berharap nanti dapat rujukan periksa lebih lanjut ke rumah sakit.

Karena di Puskesmas tidak ada poli mata, jadi diarahkan ke poli umum dulu. Disitu tidak diperiksa banyak, hanya dilakukan tes baca huruf dan diberikan resep obat anti nyeri. Ternyata tidak langsung mendapatkan rujukan ke rumah sakit. Saya diminta datang kembali seminggu kemudian kalau keluhan tak kunjung mereda.

Seminggu berlalu, tidak ada perubahan. Saya kembali lagi ke Puskesmas tersebut. Baru kemudian diberikan surat rujukan ke rumah sakit di poli mata. Keesokan harinya tanpa pikir panjang saya langsung menuju RSUD. Berangkat saat masih pagi buta berharap dapat nomor antrian awal. Tapi ya begitulah ternyata masih harus tetap antri lama sampai siang menjelang dhuhur.

Kalau kalian bertanya-tanya, kenapa harus melalui rujukan dari Puskesmas dan bersedia mengantri berjam-jam di rumah sakit. Ya, saya memanfaatkan BPJS (KIS), dimana harus berdasarkan rujukan dari Puskesmas dulu kalau ingin berobat ke rumah sakit, kecuali dalam keadaan darurat. Kondisi saya tentunya tidak darurat, jadi harus melalui Puskemas dulu sebagai Faskes I yang terdaftar di kartu BPJS.

Hasil dari pemeriksaan di rumah sakit yaitu ternyata mata saya mengalami gangguan mata yang disebut miopi atau rabun jauh. Mata kanan minus 2,5 dan mata kiri minus 0,5. Sependek yang saya tahu hanya itu. Kurang mengerti dengan bahasa medis dan dokter pun tidak menjelaskan banyak hal.  Saya sudah tidak kaget dengan diagnosa dokter pada saat itu. Sudah disangka sejak awal. Karena sebelum ada keluhan itu sehari-hari hanya menghabiskan waktu didepan HP dan laptop tanpa menggunakan pelindung mata.

Dikutip dari nationallasikcenter.id, myopia adalah gangguan refraksi yang terjadi karena bola mata yang terlalu panjang atau kelengkungan kornea terlalu besar sehingga cahaya yang masuk tidak difokuskan secara baik dan objek jauh tampak buram. Orang awam seperti saya menyebutnya mata minus.

Hal ini disebabkan oleh mata yang berakomodasi terus menerus dalam waktu yang lama sehingga menimbulkan kelelahan. Kelelahan ini yang menyebabkan nyeri pada kepala. Keadaan ini biasanya membaik saat mata diistirahatkan atau mengkonsumsi anti nyeri, namun hal ini seringkali menimbulkan kekambuhan. 

Ada beberapa jenis gangguan mata yang umum dialami oleh manusia, diantaranya miopi (rabun jauh), hipermetropi (rabun dekat), astigmatisme (silinder), presbiopi (mata tua), glaucoma, KATARAK, dll. Tidak jarang gangguan mata dapat menyebabkan kebutaan jika tidak tertangani dengan cepat dan tepat. 

Melanjutkan cerita saya dari rumah sakit.

Dokter tidak banyak bertanya dan juga tidak memberikan masukan ataupun saran, hanya menuliskan resep kacamata. Setelah itu langsung menuju optik. Di optik tersebut saya ditanya, apakah memilih kacamata yang harganya sudah ditentukan oleh BPJS atau ingin memilih frame kacamata yang lebih mahal. Jika memilih frame yang harganya melebihi ketentuan BPJS, maka saya harus menambah biaya kurangnya. Saya pikir sama saja lah, hanya bentuk bingkai kacamata saja yang membedakan dan kebetulan memang tidak ada budget lebih, jadi saya memilih kacamata dengan harga yang sudah ditentukan oleh BPJS.

Itu adalah pertama dan terakhir kali saya periksa mata. Alangkah baiknya jika diperiksakan ulang untuk melihat apakah miopi di mata saya ini membaik atau justru lebih parah. Kalau berdasarkan yang saya rasakan sepertinya nilai minusnya semakin bertambah, yang artinya justru tidak semakin membaik. Sekarang pun saya masih sering merasakan mata lelah dan nyeri di sekitar mata dan alis, terutama setelah terlalu banyak di depan screen. Apalagi kalau main HP di tempat gelap dan minim cahaya. 

Saat ini penglihatan saya semakin buram. Apalagi untuk melihat tulisan kecil jarak jauh sangat kesulitan. Bahkan berkendara di malam hari saja sangat membahayakan kalau tidak pakai kacamata. Lampu mobil atau motor dari arah berlawanan terlihat buram dan cahaya seperti berpencar tanpa arah. Sebenarnya ingin sekali cek mata lagi. Namun ada satu dan lain hal yang menyebabkan saya belum bisa memeriksakan mata lagi hingga sekarang. Saya hanya berharap semoga ada rezeki lebih sehingga bisa mengobati jendela di tubuh saya ini.

Dari informasi yang saya dapatkan, gangguan mata, salah satunya miopi atau rabun jauh seperti yang saya alami ini ternyata bisa disembuhkan tanpa harus menggunakan kacamata atau lensa. Cara yang digunakan yaitu dengan metode laser yang seringkali lebih dikenal dengan LASIK.

Laser In Situ Keratomileusis atau LASIK adalah prosedur laser untuk mengoreksi gangguan refraksi (mata minus/rabun jauh, silinder, rabun dekat) sehingga terbebas dari alat bantu penglihatan seperti kacamata dan contact lens.

3 METODE LASIK

Ada 3 metode lasik yang memiliki keunggulan masing-masing. Dokter mata akan memeriksa dan menentukan metode lasik mana yang cocok untuk diterapkan kepada orang yang yang memiliki gangguan refraksi mata. Kaena tidak semua orang bisa menggunakan ketiga metode lasik tersebut. Dokter akan menentukan mana metode yang sesuai pada tahap pre-lasik.



Cerita kenangan pahit tentang mata saya cukup sampai disini. Dari kisah ini saya hanya berpesan, jagalah mata. Entah itu mata mu sendiri, mata keluargamu apalagi mata anakmu yang mungkin saat ini masih usia belia dan masih sehat. Kesehatan mata tetaplah harus selalu diprioritaskan. Jangan sampai menyesal di kemudian hari. Penyesalan tidak akan datang di awal. Karena kalau di awal namanya pendaftaran hehehe.


0 komentar:

Posting Komentar

Halo, berkomentarlah dengan sopan ya karena kata-katamu adalah cerminan dirimu. Thank you sudah mampir.