Senin, 04 Mei 2020

Sejarah Baru, Bulan Ramadhan #dirumahaja


Aktivitas lebih banyak di rumah sebenarnya bukan hal baru bagi saya. Setelah lulus sarjana memang saya lebih banyak menghabiskan waktu di rumah aja. Pekerjaan pun juga tidak menuntut harus setiap hari. Yaa karena hanya sebagai guru les, saya bekerja dari sore hingga malam hari. Itu pun tidak setiap hari.

Bahkan bulan Ramadhan tahun lalu masih sesekali mengajar les. Lumayan menghilangkan kejenuhan sih karena bertemu dengan anak-anak. Yang saya suka adalah melihat suasana jalanan yang ramai setiap sore sepulang dari tempat les, melihat orang-orang berburu takjil di sepanjang jalan yang saya lalui. Pemandangan seperti itu tidak selalu bisa disaksikan setiap hari. Hanya saat bulan ramadhan saja bisa melihatnya. Akhir bulan ramadhan pun masih dapat bingkisan THR juga, banyak rezeki pada saat itu. Alhamdulillah.

Tapi siapa sangka kalau ramadhan tahun ini sudah sangat berbeda dengan ramadhan tahun sebelumnya. COVID-19 sudah merubah segalanya. Karena sekolah sudah libur sejak Maret lalu, pekerjaan saya pun ikut hilang. Hingga ramadhan 2019 ini saya masih tetap stay di rumah terus, sudah tidak ada lagi kegiatan mengajar les. Bahkan bimbingan belajar tempat saya mengajar saja sudah ditutup, entah karena alasan apa. Tidak ada penjelasan atas penutupan itu. Ya sudahlah saya pun hanya bisa pasrah saja.

Yang menarik lagi setiap bulan ramadhan adalah pemandangan bagi takjil dari berbagai organisasi di jalan-jalan. Tapi kali ini tidak ada lagi dan tidak akan ditemukan pemandangan bagi takjil itu. Jalanan cukup sepi, tidak seramai seperti ramadhan sebelumnya. Tidak lagi banyak orang bisa berlalu-lalang. Tempat makan, warung yang biasanya ramai pengunjung, yang biasanya dipenuhi dengan beberapa kelompok orang yang melakukan buka bersama, saat ini sudah sepi, tidak ada pemandangan indah menampakkan kerukunan manusia itu lagi. Tempat makan dan warung hanya buka untuk melayani pesan makanan di bawa pulang, tidak untuk dimakan di tempat. Entah sampai kapan keadaan ini akan berjalan. Tidak ada yang tahu pasti.

Buka bersama keluarga di pinggir pantai saat Ramadhan tahun lalu

Kalau suami saya sedang libur dari pekerjaannya, kami masih menyempatkan waktu untuk sekedar jalan-jalan sore, istilahnya ngabuburit sambil menunggu waktu berbuka. Itu ramadhan tahun lalu. Ramadhan tahun ini kita hanya di rumah saja, hanya keluar rumah kalau benar-benar saat ada keperluan saja. Sedih sebenarnya, tapi bagaimana lagi, keadaan tidak memungkinkan. Ramadhan tahun lalu saya, suami, dan adik juga menyempatkan buka bersama di pantai untuk mencari suasana baru sekaligus ingin berburu menu favorit pinggir pantai yaitu ikan bakar. Tahun ini kami belum ada rencana untuk datang ke pantai lagi. Karena jarak rumah dengan pantai itu cukup jauh, tidak yakin juga apakah tempatnya masih dibuka, daripada gagal yaa mending tidak pergi dulu. Rawan juga kan selama pandemi seperti ini mendatangi tempat yang banyak orang.

Selain acara dengan suami yang tertunda, jadwal buka bersama dengan teman pun sudah tidak ada lagi. Padahal buka bersama itu sudah menjadi rutinitas kami setiap ramadhan, sebisa mungkin menyempatkan waktu minimal satu kali dalam sebulan ramadhan itu untuk buka bersama. Ya sekali-kali buka bersama di luar supaya nggak bosan di rumah terus hehe. Pernah ada cerita saya dengan seorang teman yang diusir dari sebuah warung saat akan memesan makan untuk berbuka karena menempati tempat makan yang ternyata sudah dipesan orang. Ramadhan tahun lalu juga ada kenangan. Kami terpaksa membeli makanan di sebuah warung dan membawanya ke teras masjid karena sudah tidak dapat tempat haha. Saat itu kita bisa makan di mana saja, bahkan di masjid sekalipun sudah ada yang memberikan menu buka puasa gratis. Tapi saat ini keadaannya berbeda, masjid dan tempat lain hanya dibuka saat tertentu saja dan juga tidak bebas berada di manapun. Oleh karena itu saya dan teman saya tidak lagi membuat janji untuk buka bersama. Daripada kita terlantar tidak tahu mau berbuka di mana, ya kan.
Buka bersama
Saat buka bersama teman di teras masjid haha

Berkaitan dengan shalat tarawih, meskipun kami masih bisa shalat tarawih di masjid, tapi tidak setenang shalat tarawih di ramadhan sebelumnya. Yaa lingkungan saya merupakan daerah pedesaan yang belum sepenuhnya menerapkan social Distancing. Shalat tarawih berjamaah di masjid masih banyak dilakukan oleh masjid-masjid di sini. Hanya saja, pemerintah desa selalu mengingatkan jika ada orang yang baru datang dari luar kota harus segera lapor dan melakukan isolasi mandiri di rumah serta tidak diizinkan mengikuti shalat tarawih berjamaah di masjid. Kalau membandel terpaksa petugas akan menjemput dan menempatkan di tempat isolasi yang sudah disediakan oleh pemerintah.

Selalu ada rasa was-was yang menghantui. Seperti yang kita tahu, virus Corona ini menyebar dengan sangat cepat, tidak bisa terlihat secara langsung siapa yang terjangkit. Hanya menjaga diri sebaik mungkin yang bisa kita lakukan. Semoga saja ramadhan bisa melenyapkan virus Corona dari bumi ini. Sedih sekali rasanya, apalagi lebaran tidak bisa silaturrahmi dengan aman dan nyaman. Mari kita kuatkan doa supaya bumi kita segera sembuh dari pandemi COVID-19 ini.

0 komentar:

Posting Komentar

Halo, berkomentarlah dengan sopan ya karena kata-katamu adalah cerminan dirimu. Thank you sudah mampir.